Halitu bisa dilihat dengan pemasangan plang atau papan organisasi bertuliskan aksara Bali di Gedung Sekretariat DPD LDII Tabanan, di Jalan Tarumanegara, Nomor 28, Tabanan. Plang dipasang pada Sabtu (26/2/2021) siang oleh jajaran pengurus harian. Aksara Bali dalam plang nama organisasi DPD LDII Tabanan. Dok. KIM DPD LDII Tabanan
Sesuai Pergub, papan nama kantor dan fasilitas publik di Bali akan menggunakan aksara Bali di atas huruf latin," kata Koster saat memimpin rapat koordinasi pelaksanaan Pergub Bali tersebut, di Denpasar, Selasa. Rapat koordinasi tersebut juga membahas pelaksanaan Peraturan Gubernur Bali No 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.
DenpasarBeritaDewatacom - Pemprov Bali mewajibkan kepada seluruh perusahan media yang ada di Bali agar papan nama kantor menggunakan bahasa atau aksara Bali Permintaan ini disampaikan melalui surat resmi yang ditandatangani oleh Sekda Bali Dewa Made Indra tertanggal 8 Januari 2019 Surat dengan nomor 485/0250/BagII/HP dikirim kepada.
DENPASAR- Kendati sudah tertinggal dengan daerah lain seperti Jogjakarta, DPRD Bali tetap mengupayakan penulisan aksara Bali pada beberapa fasilitas publik bisa dilakukan.. Mulai dari nama gedung-gedung pemerintahan hingga papan nama jalan raya. Untuk merealisasikan hal itu, dewan tengah menggodok revisi Perda No. 3 Tahun 1992 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Bali.
4 Nglaksanayang parikrama kelompok belajar alit-alit TK Negeri Bondalem 5. Ngaryanin plang papan nama ulang pemerintahan Desa Bondalem dwi aksara 6.Nyarengin parikrama pasraman werdhi sesane Desa Bondalem, indik materi nyastra aksara bali. Pasraman puniki klaksanayang 3 hari seminggu. 7. Nglaksanayang rapat rutin penyuluh kecamatan tejakula.
TRIBUNBALI.COM, DENPASAR-Penulisan aksara Bali dengan ditempatkan di atas bahasa Indonesia pada plakat serta papan nama lembaga pemerintah dan swasta adalah menurut Pemprov Bali adalah bagian dari eksistensi kebudayaan dan adat yang harus dijalankan.Terlebih aturan itu sudah digodok melalui Peraturan Gubernur (Pergub) 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra
GubernurBali saat ini, I Wayan Koster, menetapkan penggunaan aksara Bali pada papan nama tempat umum/fasilitas publik di Bali. Pada nyatanya, banyak kesalahan penulisan aksara Bali yang disebabkan minimnya pengetahuan tentang penulisan aksara Bali. [Algoritma untuk Koreksi Otomatis pada Papan Ketik Aksara Bali Berdasarkan Pasang Pageh
Bahkan penulisan aksara Balinya juga tidak lengkap. Kondisi ini terjadi pada penulisan papan nama Kantor Bupati Klungkung. Hal itu disebutkan oleh pakar Penyuluh Bahasa Bali di Klungkung, Ida Ayu Oka Suryantari. Menurutnya, kata "bupati", bha-nya menggunakan bha kembang dan suku ilut. Namun disana bha-nya menggunakan bahasa biasa.
TRIBUNBALI.COM, DENPASAR - Saat ini penggunaan basa, aksara, dan sastra Bali semakin digalakkan oleh pemerintah. Bahkan setiap instansi wajib menuliskan papan nama instansinya dengan aksara Bali. Hal ini juga diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 1 Tahun 2018 tentang Bahasa Aksara dan Sastra Bali.
Iniaplikasi bagus.. Patik (Papan Ketik) Aksara Bali - Tutorial Sederhana Mengetik Aksara Bali di AndroidJangan banyak deskripsi.. ayo unduh dan coba di hapemu.
MNZo. Aksara Bali - Bali Portal News DENPASAR – Semenjak diberlakukaannya Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa Bali, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, dimana plang nama jalan dan nama kantor yang ada di Bali wajib dilengkapi Aksara Bali di atas huruf Latinnya. Hingga saat ini, banyak yang masih keliru dalam penulisan Aksara Bali untuk nama-nama fasilitas publik seperti nama jalan maupun nama kantor. Baik itu karena kurangnya sumber daya atau kurangnya pengetahuan tentang tata cara penulisan Aksara Bali yang sudah mengalami penyempurnaan atau perubahan dari ahlinya. Dosen Prodi Sastra Bali FIB Unud I Gde Nala Antara, saat diwawancarai Kamis 19/3/2020 menjelaskan perubahan tata cara penulisan Akasara Bali untuk nama-nama fasilitas publik dilakukan agar papan nama mudah dibaca dan dimengerti oleh pembaca ataupun wisatawan. “Tujuannya adalah untuk mempermudah dibaca, sehingga papan nama menjadi lebih komunikatif. Hal itu juga untuk mengembangkan Aksara Bali kepada dunia luar, jadi yang bukan orang Bali ketika melihat papan nama yang berisi Aksara Bali dapat membandingkannya dengan huruf Latin di bawahnya,” jelasnya. Dijelaskan pula, sesuai dengan Pesamuan Alit Basa Bali tahun 2019 yang dihadiri oleh guru, praktisi dan para ahli itu menyepakati bahwa penulisan nama fasilitas publik harus menggunakan pasang jajar palas terpisah-pisah dengan menggunakan adeg-adeg untuk kata yang diakhiri oleh konsonan. Seperti diketahui, penggunan adeg–adeg berfungsi untuk mematikan aksara yang ditulis pada akhir kata, diakhir frase yang diakhiri konsonan dan bagian kalimat atau kalusa yang nengen diakhiri konsonan. I Gde Nala Antara, Dosen Prodi Sastra Bali, FIB Unud “Adeg-adeg dari dulu sebenarnya sudah digunakan ditengah-tengah kalimat yaitu untuk menghindari pasang aksara yang bertumpuk tiga. Dalam pasang aksara kita, aksara itu tidak diperkenankan bertumpuk tiga, terutama untuk gantungan “la“, tetapi untuk gantungan nania, suku kembung maupun guwung masih diperbolehkan,” tambah Gde Nala. Selain itu, penggunaan adeg-adeg ditengah kalimat bertujuan untuk menghindari salah perngertian atau salah baca, misalnya kalau dulu ada istilah ngemit rain ida atau ngemitrain ida, I Ketu Tuara atau I Ketut Wara. Sehingga pengguaan adeg-adeg diperbolehkan untuk kalimat tersebut. “Untuk penulisan lontar, buku bacaan di sekolah masih tetap menggunakan pasang jajar bersambung, khusus untuk nama fasilitas publik penulisan aksara Bali harus menggunakan “pasang jajar palas” dan yang paling penting yang ditulis/disalin adalah suara/bunyi tulisan itu, bukan tulisan/huruf Latinnya,” tutup Gde Nala.tis/bpn 
Suatu sore beberapa bulan lalu, teman saya yang berada di Surabaya menge-tag saya pada sebuah cuitan yang sempat menjadi meme sesaat. Meme itu berupaya menggambarkan sebuah ironi adanya truk penyuplai air bersih di gerbang Pelabuhan Benoa dan terekam di Google Street View. Jika merunut pada informasi yang tersedia di situs tersebut, kru Google Street View memotret lokasi pada September 2019. Fokus saya tertuju pada papan nama pelabuhan. “Port of Benoa Bali” dengan tulisan aksara Bali di atasnya. Gaya-gaya papan nama yang terinspirasi desain papan nama bertuliskan “I amsterdam” di depan Rijksmuseum di Amsterdam, Belanda. Saya mencoba membaca tulisan aksara Balinya, satu-satunya hal yang saya masih ingat tentang bahasa Bali dari pelajaran bahasa Bali saat SD dulu. “pot op benowa bali” “pot op benowa bali”? Saya tidak mempermasalahkan “op” karena aksara “pa” kadang digunakan untuk menulis suatu nama atau kata yang menggunakan huruf “f” jika ditulis dalam alfabet Latin. Pun tidak masalah dengan “benowa” karena hanya masalah pelafalan saja. Namun apakah “pot” sebuah kata dalam bahasa Bali yang bermakna “pelabuhan”? Beruntung sekarang ada Wikipedia Bahasa Bali. Saya coba meng-cross-check nama tempat tersebut di sana. Hasilnya, nama yang benar dalam aksara Bali seharusnya Labuhan Benowa. Sebelumnya, isu serupa juga pernah terjadi dengan papan nama Bandara Ngurah Rai yang dipasang di atas terminal domestik dan turut dikritisi oleh akademisi dari Universitas Udayana. Gubernur Wayan Koster berjanji akan memperbaiki tulisan yang salah tersebut, tetapi tidak diketahui apakah hal tersebut telah dilakukan atau belum. Yang jelas, ada satu lagi papan nama Bandara Ngurah Rai, yakni terletak di gerbang masuk bandara, dan aksara Balinya masih terbaca “i gusti ngurah rai airpot” berdasarkan unggahan foto akun resmi I Gusti Ngurah Rai Airport di Instagram pada 30 Januari 2020 lalu. Apakah “bandara” dalam bahasa Bali menjadi “airpot”? Apakah masih ada lagi papan nama tempat dengan aksara Bali yang dibuat asal-asalan seperti ini? Pemburu giveaway, pejalan kaki, pengguna angkutan umum bilamana memungkinkan
DENPASAR, – Ketua GOW Kota Denpasar Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa bersama Ketua Gatriwara Kota Denpasar Ni Made Ayu Purnawati dan Ketua DWP Kota Denpasar Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana melaunching papan nama banjar dan pura dengan aksara Bali di Desa Padangsambian Klod Sabtu 6/8 Setelah itu dilanjutkan dengan meninjau pelaksanaan kegiatan Diklat Keterampilan Kuliner bagi pelaku UMKM se Desa Padangsambian Klod. Dalam kesempatan itu Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa memberikan apresiasi atas inovasi Desa Padangsambian Klod, untuk melakukan kegiatan pasca pandemi covid 19. “Semoga kegiatan ini dapat berkelanjutan dan bermanfaat untuk masyarakat Kota Denpasar khususnya Desa Padangsambian Klod,” kata Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa Perbekel Desa Padangsambian Klod Gde Wijaya Saputra mengatakan, papan nama banjar dan pura di Desa Padangsambian Klod yang dilaunching adalah dengan aksara Bali sesuai dengan Pergub tahun 2018, tentang pelindungan dan pelestarian sastra dan aksara Bali. Menurutnya papan nama dengan aksara Bali merupakan kesungguhan komitmen dalam memuliakan aksara Bali sehingga telah mendapat sambutan positif dari seluruh lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga swasta dan masyarakat luas. Selain launching papan nama dalam kesempatan itu Wijaya Saputra mengaku pihaknya juga melaksanan kegiatan Diklat ketrampilan kuliner bagi pelaku UMKM se Desa Padangsambian Klod. Kegiatan ini yang bertujuan untuk membangkitkan perekonomian masyarakat berlangsung selama 5 hari di Balai Banjar Jaba Pura. Dimana 34 UMKM dalam diklat ini diberikan pelatihan cara meningkatkan perekonomian langsung dari Bali Chep Community. ” Kegiatan ini terlaksana juga atas kerjasama Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Bali, BCC Bali chef Community dan Desa Padangsambian Klod,” jelasnya. Dengan kegiatan ini diharapan dapat memberikan dorongan meningkatkan perekonomian dan meningkatkan usaha dan tidak perlu tempat khusus.DT.